Gampong Meunasah Kumbang Berasal dari kata MEUNASAH yang artinya banyaknya meunasah, dan kumbang adalah banyaknya pohon kumbang atau banyaknya meunasah yang artinya pada dahulu desa ini dikelilingi oleh sawah dan pohon kumbang. Gampong Meunasah Kumbang sudah ada sejak tiga abad yang lalu, tepatnya sejak zaman masa Belanda menjajah Indonesia. Gampong Meunasah Kumbang lahir tepat pada tahun kemerdekaan Indonesia yakni tahun 1945. Gampong meunasah kumbang merupakan salah satu gampong yang terdapat di Kecamatan Ulim , Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh.
Gampong Meunasah Kumbang pertama sekali dipimpin oleh Belanda. Kemudian diambil alih oleh Ampon Syiek Samalanga dengan memimpin sebagian dari Gampong Meunasah Kumbang, dan sebagian lagi dipimpin oleh Ampon Syiek Merdu. Setelah dipimpin oleh kedua Ampon Syiek tersebut, Gampong Meunasah Kumbang disatukan dan dipimpin oleh Ulee Balang 12 (Imum Mukim). Setelah dipimpin oleh Ulee Balang 12, kemudian dipimpin lagi oleh Keujreun. Yang terakhir Gampong Meunasah Kumbang baru dipimpin oleh Geuchik atau Kepala Desa.
Gampong Meunasah Kumbang juga memiliki sejarah yaitu MAKAM MALEM DAGANG beliau adalah seorang tokoh pendatang yang berasal dari madinah, tiba di negeri meuredu bersama dengan TGK.JAPAKEH yang kemudian menetap di kampung GLEE RAWEUE. Pada saat sultan iskandar muda merencanakan penyerangan ke negeri pahang dan menyusun kekuatan perang di meuredue, MALEM DAGANG diangkat sebagai panglima perang yang di dampingi oleh TGK.JAPAKEH sebagai ulama perang pada tahun1612 M dan mendapat kemenangan serta memboyong putri PAHANG ke Aceh. MALEM DAGANG sendiri kembali ke Pidie dan menetap di MEUNASAH KUMBANG sampai mangkat pada tahun 1650 M. Masyarakat Gampong Meunasah Kumbang dominan bermata pencarian Petani dan Pekebun sesuai dengan daerah gampong yang memiliki luas sawah 27Ha, dan juga luas perkebunan 3Ha.